PERKATAAN ORANG TUA YANG DAPAT MENGHANCURKAN ANAK
1. Melabeli Anak.
Secara tidak sadar orang tua sering melontarkan kata-kata yang merendahkan anaknya. Ungkapan “kamu malas, kamu bodoh, kamu tidak bisa diharapkan” adalah hal yang biasa kita temukan dalam keseharian.
Orang tua secara tidak langsung memberi cap anaknya dengan cap yang sangat buruk yang mereka sendiri tidak berharap seperti itu. Namun kita adalah apa yang kita dan orang lain labelkan pada diri kita. Jika anak sering mendengar kata-kata yang merendahkan, ia akan hidup dengan membawa rasa rendah diri.
2. Membandingkan
Ini dosa lain yang tidak kalah berbahayanya bagi perkembangan anak. Orangtua teramat sering membandingkan salah seorang anaknya dengan saudaranya yang lebih baik atau anak tetangga yang lebih berprestasi. Ada orang tua yang mengatakan “Lihat tuh kakakmu, selalu juara kelas. Kamu 10 besar pun tidak.” Atau “ Tuh contoh anak Om Anton, diterima di UI. Kamu? Kuliah di jurusan nggak jelas!.”
Kita bisa bayangkan anak yang selalu dibandingkan dengan saudaranya yang menurut kita lebih baik. Ia akan hidup dalam perasaan tidak diterima oleh orang tuanya sendiri. Jika anak merasa seperti itu, dimana lagi mereka bisa berharap akan diterima.
Sebab, orang yang tidak bisa bahagia di tengah keluarganya sendiri, maka dia tidak akan pernah bisa bahagia dimanapun. Kalau pun dia mencoba mencari sumber kebahagiaan di tempat lain, maka tempat lain itu biasanya adalah tempat yang berbahaya baginya.
Maka jangan heran jika anak mencari kebahagiaan dengan alkohol, narkoba, seks bebas dan lain-lain. Sebab ia tidak pernah memperolehnya di rumah sendiri.
3. Memaksakan Kehendak.
Mungkin kita punya tetangga yang anaknya les tujuh hari seminggu. Senin-Kamis les matematika, Selasa-Jum’at les bahasa Inggris, Rabu-Sabtu les piano. Sorenya bikin PR. Malam belajar lagi. Begitulah setiap hari. Anak yang masih usia SD atau SMP memiliki kehidupan seperti orang dewasa yang berkarir.
Ia seperti punya kehidupan sendiri. Layaknya miniatur orang dewasa. Bahkan waktu bermainnya telah dirampas oleh berbagai les yang sebenarnya belum tentu bermanfaat ketika ia besar nanti.
Lucunya, orangtua berkilah bahwa itu keinginan si anak. Padahal menurut ahli psikologi, anak yang belum berusia 9 tahun, sebenarnya belum memiliki keinginannya sendiri. Keinginan mereka adalah keinginan orang tua nya.
Celakanya, orangtua seringkali menuangkan keinginannya pada anak tanpa ia sadari. Bahkan secara tidak sadar, keinginan orangtua yang tidak kesampaian dalam kehidupannya di masa lalu, di balaskan kepada anak.
Ada orangtua yang gagal kuliah di kedokteran, maka berharap sangat anaknya ada yang jadi dokter. Maka si anakpun dipersiapkan dari kecil. Memasukkan ke berbagai les, memanjakan dengan fasilitas mewah serta menyekolahkan ke sekolah-sekolah elit. Jika si anak tidak mampu, maka orangtuapun menggunakan berbagai cara agar cita-citanya tadi tercapai.
4. Menyuruh yang Tidak Dilakukannya.
Perintah orang tua kepada anak sering tidak bermakna karena tidak adanya keteladan. Ada bapak yang melarang anaknya yang masih SMP merokok. Padahal ia sendiri menghabiskan dua bungkus rokok setiap hari. Ada ibu yang menyuruh anaknya belajar dan rajin membaca, sementara si ibu sendiri nyaris tak pernah lepas dari sinetron kesayangannya.
Atau ada orangtua yang ingin anaknya menjadi anak yang shaleh, rajin shalat dan selalu mendoakan ibu bapaknya. Si anakpun disekolahkan di sekolah Islam yang bagus dan mahal. Namun di rumah si anak tidak pernah melihat ayahnya shalat. Paling sekali seminggu, Jum’atan.
Kalau seperti ini, tentu anak tak akan pernah seperti yang kita inginkan. Bagi mereka sebuah contoh nyata jauh lebih berpengaruh dari seribu kata-kata perintah tanpa keteladanan.
Para pemimpin yang berhasil dalam sejarah adalah mereka yang satunya kata dan perbuatan. Lidahnya adalah hatinya, ucapannya adalah perbuatannya. Orang tua yang berhasil dalam sejarah juga adalah orang tua yang mengutamakan keteladan dalam mendidik anak.
Jadi, mari kita didik anak dengan hati serta keteladanan. Di kehidupan yang penuh dengan kebohongan dan ketidakjujuran, keluarga menjadi tempat utama anak-anak akan menjadi pelopor kebaikan. Baik bagi orang tuanya, bangsanya dan juga agamanya.
Semoga bermanfaat dan bisa jadi pelajaran bagi kalian para orang tua dan calon orang tua :)
Comments